Monday 6 September 2010

nyoto 2

Be Hestu Pagi-pagi mau berangkat kantor AKU (bukan NYOTO) menemui 2 orang yang tiba-tiba masuk halaman rumah membawa peralatan genter dan kurungan. AKU: "Mas mau nyolong kedondong dan pelem ya?". Mas: "Mboten kok Pak, kito mau ngumpan manuk". Aku: "Sampeyan wis gawa manuk gitu kok",". Mas: "Manuk saya memang untuk umpan mas". Aku: "Whelah manuk kaya gitu bisa dipakai ngumpan?". Mas: "Ya bisa wong serba guna kok".


Be Hestu Nyoto ditanya mahasiswa. Mhsw: "Pak Nyoto, kenapa dosen ilmu politik kalau ngajar tidak pernahsambil jalan-jalan di kelas". Nyoto: "Gitu aja kok ditanya to Mas". Mhs : "Kalau menurut Pak Nyoto, kira-kira kenapa ya." Nyoto: "Mungkin saja disamping dosen dia juga pejabat". Mhs: "Loh, apa hubungannya pak?!!" Nyoto : "Ya kalau dia berdiri, takut kursinya diduduki orang lain, apalagi mhsw ilmu politik khan suka demo"


Be Hestu Nyoto: "Hes perjuangan anti korupsi ketoke lebih berat ketimbang perjuangan melawan penjajah yo". Aku: 'Podho wae Nyot". Nyoto: "Lha kok podho wae, khan kalau melawan penjajah cetha lawane, tinggal angkat senjata bambu runcing, bedil, keris, dll wis beres". Aku: "Lho sampeyan gak eling po, kalau penjajah melakukan politik pecah belah. Koruptor ya melakukan itu Nyot, jadi podho wae"


Be Hestu Aku: "Nyot..anggota DPR lucu-lucu ya nganti gedungnya arep dibangun nganggo fasilitas kolam renang dan fitness centre, pantes Srimulat bubar wong wis ana saingane". Nyoto: "Lho kolam renang dan Fitness Centre kuwi khan sesuai dg bidang pekerjaannya to". Aku: "Ngawur wae sampeyan". Nyoto: "Ora ngawur Hes, Kolam renang kanggo ngademke pikiran, lha nek Fitness khan lebih kejam dr pembunuhan"


Be Hestu Aku: "Nyot HPmu kuno kok bisa update status pesbuk terus to". Nyoto: "Hehehe...Nyoto canggih kok Hes". Aku: "Carane piye Nyot?" Nyoto: “Oww, gampang Hes, aku cuma kirim SMS ke
Tri?” Aku: “Ohh sampeyan ngango Kartu Three sing gratis internetan kuwi ya?”. Nyoto: "Dudu Hes, kuwi lho Tri Bawono kancane dewe sing jaga Warnet 24 Jam, lha nek aku arep update status tinggal sms, trus deweke sing nulis nang pesbukke".



Thursday 10 June 2010

Schools in Oz

From my beloved Yuyun's facebook:

Yuyun Dyah 'Primary school teachers teach kids, secondary school teachers teach content', ini pendapat umum di Oz. Di negara kita gimana ya? Kayaknya bahkan primary school teachers kitapun pada ngajar 'content' ya?


'Nana' Berly Endah Kusumawati
Hu'uh mbak,monoton n pasif...hehehe pengalaman pribadi..xixixi
June 3 at 4:31pm
Yuyun Dyah
Yuyun Dyah
Mohon maaf, saya koreksi: 'bahkan SEBAGIAN primary school teachers kitapun pada ngajar content ya?' (*tdk mau men-generalisasi*)
June 3 at 4:32pm
Yuyun Dyah
Yuyun Dyah
Nana, kamu juga ngajar ya? Di mana?
June 3 at 4:34pm
Maria Magdalena Isti Handayani
Maria Magdalena Isti Handayani
Sekolahku sdh spt oz karena kita pakai kurikulum IB
June 3 at 5:03pm
Yuyun Dyah
Yuyun Dyah
Isti, ok, yg baik dan cocok dg konteks kita bisa aja diadaptasi asal tdk menghilangkan kepribadian kita aja :)
June 3 at 5:39pm
'Nana' Berly Endah Kusumawati
'Nana' Berly Endah Kusumawati
Di SD og mbak...kebanyakan cm metode hafalan,bkn ingin tahu knp sih bisa bgtu.
June 3 at 5:55pm
Losina Purnastuti
Losina Purnastuti
saya pernah diundang observasi ke beberapa sekolah Sd-SMA di US, di sana belajar matematika spt bermain semua anak gembira. Ga kayak ponakan2ku yg tiap sekolah stres, ortunya jg ikut stres he he he. Tp model di Indo menguntungkan sebagian mhs kita bu. Mrk laris jd tutor les privat krn anak SD klas 1 pun dah pada dileskan sama ortunya :-) aku sampe tuwek ga pernah kambon les ha ha ha
June 3 at 6:09pm
Yuyun Dyah
Yuyun Dyah
@Nana: ayo diskusi yuk, tapi refleksi dulu, kenapa kamu metode ngajarnya spt itu? :)
@Bu Losina: yakin udah tuwek? :)) Iya Bu, anak2 di sinipun belajar matematika dan science dengan memakai metode memahami konsep. Belajar ukuran misalnya, mereka bener2 mengukur panjang lengannya, kakinya, lingkar kepalanya tingginya, lalu mereka membuat boneka
kertas dgn ukuran2 tadi. Anakku dulu wkt kelas 1 SD di Ina udah mulai hapal perkalian sederhana, eh sekarang kelas 2 di Oz babar blas dia nggak apal lagi :)) Tapi dia jadi suka 'maths' dan selalu semangat menceritakan eksperimen science di kelasnya. Saya perhatikan pola pikirnya juga jadi berubah, dia selalu tanya 'why', why and why, sampe kadang2 'mangkel' saya...capek mikir jawabannya :(June 3 at 7:11pm
'Nana' Berly Endah Kusumawati
'Nana' Berly Endah Kusumawati
Mbak Yun~klu generasiku metodene udah g hafalan n ceramah lho mbak.. kebetulan dpt jatah kelas 1, anak2 udah tak ajak diskusi n nyari pemecahan mslhe sndri dg kmampuan mrk. Kbnyakn mrk yg pake metode murid duduk,datang,diam n dengar ki yg udah mo purna mb
June 3 at 7:23pm
Yuyun Dyah
Yuyun Dyah
@Nana, iya, kenapa kamu memilih ngajar spt itu? Apa alasannya? Kenapa tidak memilih mengajar spt para senior?
June 3 at 8:27pm
Maria Magdalena Isti Handayani
Maria Magdalena Isti Handayani
Kurikulum IB bukan kurikulum 1 negara tp kurikulum global.menggun akan inquiry based learning.metode ini melebihi thematic approach. kalo kamu pengin tahu lbh lanjut aku bs jelasin kebetulan aku jd IB trainer se asia pasifik.kamu bisa jg buka www.ibo.org atau cari sklh IB di australia.
June 3 at 8:58pm
'Nana' Berly Endah Kusumawati
'Nana' Berly Endah Kusumawati
Mb Yun,senior msh model jadul yg pntg anak duduk diam dengar.
June 3 at 9:39pm
Yuyun Dyah
Yuyun Dyah
@Isti: iya IB emang lagi nge-trend nih di Oz
@Nana: pertanyaanku belum terjawab :)
June 3 at 10:04pm
Sulficius Hari Susilo
Sulficius Hari Susilo
memang IB mengajak anak berpikir kritis dan holistik, bahkan mandiri dan terbuka. namun sayang sekali MYPnya masih seperti Jaka Sembung naik Ojek dengan IB Diplomanya. Akibatnya, anak-anak Year 11 banyak yang kaget dan keteteran, apalagi jika mental anaknya ndak terbentuk.
June 3 at 10:51pm
Yuyun Dyah
Yuyun Dyah
@Sulfi, sepertinya 'support' punya peran penting di sini. Rasanya tanpa ada support yg baik (leadership misalnya) bukan hanya siswa aja yg terkaget-kaget, guru2nya bisa jadi lebih terkaget-kaget lagi karena mereka harus belajar lagi dan merubah banyak hal, mulai dari planning, lesson delivery sampai assessment (mereka disediakan waktu yg cukup dan reward yg memadai buat melakukan itu semua enggak?). Terus, yg penting lagi menurutku, student outcomes setelah melakukan proses pembelajaran IB perlu dicermati utk melihat keefektifan IB di konteks negara kita dan bahkan di konteks sekolah masing-masing. Di Oz sendiri aja dimana IB lagi nge-trend masih ada pendapat umum bahwa 'Primary school teachers teach kids, secondary school teachers teach content'.June 3 at 11:06pm
Sulficius Hari Susilo
Sulficius Hari Susilo
Untuk konteks pendidikan nasional secara umum, mau-tidak mau memang sekolah-sekolah mengejar konten, karena ada UNAS yang tidak disusun berdasarkan kompetensi yang diajarkan dalam kurikulum nasional yang katanya berbasiskan kompetensi. Untuk sekolah-sekolah yang memakai MYP programnya IB, nuansa konten hanya sekedar yang dibutuhkan dalam kelas untuk dinamika pembelajaran umum. yang penting adalah IB learner profilenya atau approach to learningnya. Padahal pada akhirnya, ujian akhir IB pun berdasarkan konten yang telah disetujui untuk digunakan dalam kurun waktu tertentu.June 3 at 11:24pm
Yuyun Dyah
Yuyun Dyah
Sulfi, menarik nih diskusinya, memang bener katanya Om Fullan, kalo mau mereformasi pendidikan dibutuhkan perubahan...simpel kan? teorinya, tapi praktek sebenernya luar biasa kompleks :) Udah ah, mo bobo' dulu udah jam 2 pagi ni. Thanks everybody for this discussion!
June 3 at 11:33pm
'Nana' Berly Endah Kusumawati
'Nana' Berly Endah Kusumawati
Mb Yun~aku mau anak didikku dlm pemikirannya bs berkembang,bs paham hukum sebab akibat,bs memecahkan permasalahannya sndiri. Dg metode paikem-praktis,inovatif,kreatif dan menyenangkan.
June 4 at 12:05am
Yuyun Dyah
Yuyun Dyah
@Nana: congrats! Jempol buat kamu! This is what our children need.
June 4 at 6:32am
'Nana' Berly Endah Kusumawati
'Nana' Berly Endah Kusumawati
Makasih mbak Yun..salam kangen dari Indonesia.
June 4 at 6:59am
Maria Magdalena Isti Handayani
Maria Magdalena Isti Handayani
@sulfi:apakah kamu skrg sdg ngajar di sekolah IB seperti aku?kebetulan aku IB workshop leader utk PYP tp aku tahu banyak MYP.kita bs shring ttg IB kalo kamu mau.
@yuyun: prosentase konten dan character building utk tiap jenjang pendidikan memang berbeda. Secara garis besar: SD:content 25% (kls bawah)n 40-50% utk level atas-,SMP 75% dan SMA 90% krn sdh persiapan ke uni.jd pada dasarnya disetap jenjang kita hrs mengajarkan konten n character building hanya porsinya yg berbeda
June 4 at 8:28pm
Yuyun Dyah
Yuyun Dyah
@Isti: Nah, krn hrs mengajar konten maka ada significant gap antara eveidence-based practice (educational research) dgn classroom practice, ini yg menjadi concern di Oz (dan tentunya di Ina juga). Supaya gap itu hilang (guru2 mau memakai evidence based practice di kelas, IB misalnya) maka system support buat mereka harus baik juga. "Untuk apa nguras waktu, tenaga & pikiran kalo ujung2nya UAN". Saya setuju adanya UAN (tapi jgn jadi salah satu syarat penentu kelulusan). Teachers' beliefs sgt menentukan classroom practice. Penelitiannya Guskey bilang bhw utk merubah teachers' beliefs prosesnya kompleks dan tdk akan berhasil tanpa system support yg baik.June 5 at 1:56am
Maria Magdalena Isti Handayani
Maria Magdalena Isti Handayani
Betul yun, yg terjadi di indo memang krn UN kreativitas UN diredam. Pelatihan guru jg minim atau kalo ada pelatihan dr pemerintah sgt teoritis kurang hands-on activities. Sbg IB trainer, aku beberapa kali diminta memberi pelatihan utk guru2 lokal. Biasanya aku akan mulai dgn pelatihan behaviour n classrooom management- 2 hal mendasar yg hrs dirubah dr guru2 kita.Sumbangan kecil tp mudah2an mjd garam bg penduidikan indonesia
June 5 at 6:40am
Maria Magdalena Isti Handayani
Maria Magdalena Isti Handayani
Sori maksudku krn UN kreativitas guru diredam. Satu hal jg yg mesti dibenahi adalah pendidikan keguruan di univ kita masih sgt teoritis n kurang nenyesuaikan dgn apa yg tjd dilapangan atau bhkn metode pengajaran yg diberikan ke mahasiswa kurang up to date. Harusnya ada mata kuiliah utk mempelajari kurikulum2 yg sdg ngetren mis cambridge, IB shg calon2 guru tahu perkembangan diluaran sana. Aku br saja ketemu dgn prof theresia kaprodi dikdas di UNJ, wkt aku cerita IB n photo2 implementasi di sklhku,beliau lgsg akan mengundang aku presentasi didpn mahasiswa S2-nya n akan melakukan visit dgn mahasiswanya ke sklhku. Langkah maju dr beliau kan...June 5 at 6:51am
Sulficius Hari Susilo
Sulficius Hari Susilo
Setuju, Isti, sudah selayaknya para pembesar Universitas Sanata Dharma merombak kurikulum Fakultas Pendidikan, agar lulusan Sadhar dapat kembali diandalkan untuk menjawab tantangan jaman. Isti, mungkin nggak IB Asia Pacific bekerjasama dengan Sadhar untuk memperkenalkan dan mentraining para mahasiswanya dengan kurikulum eh... program-program IB?
June 5 at 8:23am
Maria Magdalena Isti Handayani
Maria Magdalena Isti Handayani
Sulfi: bisa saja Sadhar bekerja sama dgn IBAP tapi Sadhar yang perlu melakukan pendekatan ke IBAPnya. Kalo gak salah Melbourne university sdh bekerja sama dgn IBAP utk buka DP Course. Minimal Sadhar bisa mengundang orang2 kaya aku utk jadi dosen tamu mentraining mahasiswanya he he . Dulu pernah salah satu penggede dari jurusan PGSD Sadhar melakukan visit seminggu di sekolahku (Sekolah Victory Plus) utk mengetahui program PYP. Beliau berjangi mengundang aku dan PYP Coordinatorku utk sharing experience di sana tp blm ada follow upnya. Apa aku nglamar jadi dosen aja ya he he utk mencabut salah satu akar masalah pendidikan di Indonesia: kurangnya pelatihan hands-on activities utk para guru. Salam utk Dewi, Santi dan Ellya (orang2 PYP SGJ - they know me well)June 5 at 8:54am
Yuyun Dyah
Yuyun Dyah
@Isti: ayo tukeran, kamu jadi dosen, aku justru pingin jadi kepala sekolah! Saat ini hanya kepala sekolah yg punya leadership capacity yg baik serta visi dan misi yg sesuai dg abad 21 tapi masih mengusung kearifan lokal yang mampu membawa sekolahnya utk maju dan mewujudkan tujuan utama reformasi pendidikan: student achievement/empowerment.
June 5 at 10:20am
Yuyun Dyah
Yuyun Dyah
Satu lagi ni, buat aku cara utk membantu meningkatkan kualitas pendidikan tidak boleh lagi hanya terfokus pada guru. Pendekatan pemerintah harus holistik dan integrated antara policy, standard, assessment, curriculum, continuing professional development dan menyediakan lingkungan belajar yg kondusif buat semua school members.
June 5 at 10:32am
Maria Magdalena Isti Handayani
Maria Magdalena Isti Handayani
Dgn experience n knowledgeku aku maunya yg ngajari/kasih training para kepala sekolah. Aku sering kok mimpin principal job alike session di sesama kepsek national plus n IB schools
June 5 at 1:41pm
Maria Magdalena Isti Handayani
Maria Magdalena Isti Handayani
Merubah mindset perintah spt pepatah: it takes a village to do it he he
June 5 at 1:45pm
Yuyun Dyah
Yuyun Dyah
Yup, it take a village and good will from all the stakeholders. Hebat Isti! We're so proud of you!
June 5 at 1:50pm
Sulficius Hari Susilo
Sulficius Hari Susilo
Kembali ke masalah almamater kita, Sebenarnya banyak teman kita jadi dosen Sadhar, seperti Ari, Tanti, Koeswandono dan istrinya yang centhil. Apa mereka ndak pernah membaca perkembangan yang ada di sekolah-sekolah berwawasan internasional? Apa mereka sudah tahu tapi kita yang tak tahu kalau mereka sudah tahu?
June 6 at 10:25am
Gregorius Subanti
Gregorius Subanti
Numpang lewat ya... Setuju bahwa Sadhar harus banyak merombak kurikulum. Kalaupun kita konsisten mencetak guru - lahirkanlah guru2 plus (cara mengajar yang modern, involved, personal dan menyenangkan) krn tuntutan anak2 skrg sudah sangat2 beda - banyak pilihan di mana2. Pendekatan holistik benar. Mengubah mindset krn kualitas guru sangat bergantung pada individu2 gurunya - tapi ini bisa ditanamkan bertahap. Jangan lupa tak semua lulusan Sadhar jadi guru, maka maha penting mata kuliah "leadership" juga dikenalkan - bukan sekadar tempelan dan basa basi. Guru2 sekarang berdasi, harum dan keren2... Ini kenyataan bukan halusinansi.June 6 at 11:23am
Yuyun Dyah
Yuyun Dyah
Ini Ndono, Ndari, Tangguh, Carla pada kemana ya? Semoga mereka bisa 'membujuk' para petinggi USD. Di tempatku susah membuat perubahan kalo posisinya bukan leader :(
June 6 at 11:54am
Sulficius Hari Susilo
Sulficius Hari Susilo
lagi-lagi terbentur senioritas dan jabatan....
June 6 at 2:32pm
Maria Magdalena Isti Handayani
Maria Magdalena Isti Handayani
Subanti:setuju,aku bisa bantu kalo ada yg minta training leadership krn pengalamanku yg jd principal n coordinating principal selama 7 th n sdh mendpt pedagogical leadership training oleh IB bisa dishare. Aku sdh sharing ke principals national plus schools. Mudah2an org2 di Sadhar mulai membaca perkembangan dunia pendidikan indonesia ya
June 6 at 6:11pm
Ukik Mariatna
Ukik Mariatna
@All: Wuiih... komen bermutu.. Saya ikut baca aja ya? Bagus ko, Pals.. Thanks..
Monday at 1:44pm
Caecilia Tutyandari
Caecilia Tutyandari
halo numpang lewat ya...wah asyik sekali diskusinya. jadi tertarik nih apalagi nyebut2 sadhar. teman2 kebetulan sekarang aku ngurusin pbi @isti: aku sangat tertarik dg penjelasanmu ttg ke sd-an. di pbi sudah ada mata kuliah english for young learners tapi masih baru sekali. kapan2 aku boleh ngobrol dgmu kan? @to all: teman2 kebetulan tahun in pbi
sedang dalam proses revisi kurikulum. bersediakah anda2 untuk membantu kami? kalau bersedia nanti aku kirimi kuesioner. untuk info saja: kurikulum pbi sekarang sudah banyak berubah dibanding zaman kita dulu. tapi memang perkembangan dunia pendidikan sangat cepat, jadi kami minta masukan.
Monday at 6:35pm
Maria Magdalena Isti Handayani
Maria Magdalena Isti Handayani
@Ukik:Ayo mas ukik ikutan nimbrung.perspektif dari sumatra ditunggu jg.
@yuyun: ayo invite Ndari n Ndono utk berkomentar, mumpung mrk para pejabat di Sadhar yg bs make a difference
Monday at 6:40pm
Caecilia Tutyandari
Caecilia Tutyandari
kapan ya bisa ngobrol2 untuk jumpa darat? kalau ga salah ndono akan pulang jgj sekitar bulan agustus.
Monday at 7:02pm
Ukik Mariatna
Ukik Mariatna
@Isti: Jujur aja SDM about teaching in Sumatera secara keseluruhan masih sangat minim sekali.. Motivasi mengajar setiap guru secara umum didasari oleh survival, bukan knowledge of variational teachingsnya. Sehingga jelas sekali hasil akhir dari proses belajar mengajar kurang membekas pd anak didik. Maka dari itu, Officially International Imported
and Standardized Curriculum is badly required in enhancing the Indonesian under-standardized curriculum in general.. Siapa lagi yg hrs merubah itu semua klo bukan kita sebagai generasi muda yang berani dan inovatif.. Salam Dahsyat..!!!
Monday at 7:07pm
Sulficius Hari Susilo
Sulficius Hari Susilo
@Ndari: selain sebaiknya minta masukan dari sekolah-sekolah yang pakai program IB, bisa juga sekolah-sekolah yang menggunakan IGCSE atau international certificates yang lainnya, jadi biar lengkap. Ingat, banyak sekolah yang menamakan diri sekolah internasional tetapi tidak mengerti maksud dari internasionalnya. Mereka hanya memburu status dengan
menggunakan bilingual atau trilingual dan mempekerjakan guru-guru import dan mengadaptasi kurikulum atau program asing tanpa mengindahkan basic culture kita, bahkan sumberdaya lokal (guru) diperah tanpa perbaikan kesejahteraan.
Monday at 7:49pm
Maria Magdalena Isti Handayani
Maria Magdalena Isti Handayani
@Ndari:aku siap bantu.bagaimana kalo kamu n beberapa teman dosen visit sekolahku dulu,mgkn dr kunjungan itu kita bs menjalin kemitraan utk merivisi kurikulum PBI.aku saranin jg utk mengunjungi teacher trainingnya univ pelita harapan krn mrk bnyk mengajarkan current teaching method spt yg digunakan IB. Kayaknya orang2 PBI hrs sering jalan2 ke jkt
utk lihat perkembangan dunia pendidikan skrg ini shg kurikulum PBI bs mengimbangi perkembangan tsb. Aku pribadi agak susah utk ketemu di yogya wlaupun libur akhir thn ajaran krn hrs memberi training utk guru baru. Visit sklhku sj nanti kita bnyk ngobrol
Monday at 9:35pm
Sulficius Hari Susilo
Sulficius Hari Susilo
Hmmm..... Kayaknya jadi exclusive untuk PBI. Alangkah lebih baik jika semua jurusan juga mengadakan perombakan. Ini harus pada level Fakultas Kependidikan, bukan hanya PBI.
Monday at 9:42pm
Maria Magdalena Isti Handayani
Maria Magdalena Isti Handayani
If were not entitled to an institution, I would fly to whoever needs my help to improve Indonesian education...that is my wish which I always put in my prayer...(Apakah ini terlalu berlebihan?) Ha ha he
Ukik:kalau guru2 di sana masih dlm taraf survival kenapa gak tanamkan ke guru2 teaching students for survival. Kan pada dasarnya pendidikan yg hakiki adlh teaching life skills for survival...bener gak sih? Ada komentar?
Yuyun: thanks for opening up very valuable discussions
Monday at 9:51pm
Yuyun Dyah
Yuyun Dyah
@All: I'm glad this discussion is getting somewhere ;)
@Ndari: tolong dijadikan pertimbangan bhw murid2 di level basic n secondary edu hrs dipersiapkan utk memiliki 21st century learning skills. I think this is the quality that an 'International' school should aim for. Tugas SEMUA fakultas pendidikan adalah 'bagaimana menyiapkan mahasiswanya utk siap mengajar dg 21st century learning skills'.
Tuesday at 2:12am
Maria Magdalena Isti Handayani
Maria Magdalena Isti Handayani
@Yuyun: setuju!FYI IB curriculum sangat menyiapkan muridnya dgn 21st century skills n dgn education for sustainable development
Tuesday at 7:07am
Ukik Mariatna
Ukik Mariatna
@Isti: Ada beberapa sekolah yg punya akses & fasilitas lbh lengkap menerapkan Teaching Life Skills.. Tapi sekolah yg minim fasilitas sangat tidak mungkin bs berbuat banyak.. kecuali mendapat perhatian khusus dari Diknas setempat.. Kompleksitas masalah yg ada dalam primary school teaching techniques masih menjadi tugas besar di dunia pendidikan di
luar jawa.. Nah.. siapa yg akan membantu merubahnya klo tidak dari Kita yg punya komitmen kuat.. Salam Dahsyat..
@Yuyun: "Inspirative brainstormings..." We are all waiting this topic to reveal.. PF.
Tuesday at 11:08am
Yusuf Suharyono
Yusuf Suharyono
Hai temans, asyik bangeeeeeeeeeed baca posting2 kalian. Jadi bersemangat n terpanggil hidup nih jiwa mendidikku hehehe... Makasi tuk Yuyun yg uda beri topik menarik ini dan temen2 yg kasi komen.
Aku setuju perlunya perubahan dlm tata kelola pendidikan kita... ya utk guru, siswa, kurikulum, pimpinan sekolah, msy umum dan semua stakeholders. Yg
paling melegakan, Ndari cs via almamater tersayang berhasrat melakukan perubahan itu. Good job, carry on! Namun demikian jgnlah kita masuk dlm dikotomi internasional-nasional plus maupun tdk (pijet kaleee pake plusss hehe...).
Ada sekolah lokal biasa yg tetep eksis bhkan masuk dlm sekolah bermutu karena tata kelolanya yg baik: De Britto, Stece, Canisius College, St. Ursula, Van Lith, Lab school, Al Azhar, Penabur, Taruna, dll. Sekolahku (TK, SD, SMP & SMA di Jakpus) berani bersaing dg sklh2 baru & berlabel (maaf) internasional2an mskipun sdh berusia 150 thn lebih. Koq bisa?
Kuncinya di kata 'perubahan' spt yg Yuyun singgung sebelumnya. Perubahan yg menyangkut seluruh komunitas pembelajar (guru, pimpinan sekolah & yayasan, siswa, ortu, tenaga administrasi, dst) terus dilakukan. Usia tuwir malah bikin kita semangat tuk terus melayani msy umum dlm dunia pendidikan, dan khususnya meningkatkan kualitas peserta didik.
Senang deh melihat rekan2 guru yg semangat melakukan Classroom Action Research & mengembangkan diri & komunitas sekolah via Lesson Study diantara kesibukan mereka bikin lesson plan, ngajar maupun ngoreksi. Bahagia mendengar komen mrk, "Aaahhh... asyik juga yaa jd guru yg bs meneliti. Ini improvement bukan hny bwat kita para guru tp terlebih bwat anak didik kita."
Salam pendidikan!
Tuesday at 8:58pm
Sulficius Hari Susilo
Sulficius Hari Susilo
Cup, memangnya kamu ngajar dimana?
Tuesday at 9:04pm
Yuyun Dyah
Yuyun Dyah
@Ucup: Nah ini satu poin plus, think globally act locally, harusnya berlaku jg buat dunia pendidikan. I've been to different parts of the world and I learn that I still have a lot to learn. Salut buat kepala sekolahmu dan juga school members-nya.
@Mas Ukik, school facility is indeed important, but there are important things we can do as well with
the limited facilities, kuncinya cuma mikirkan caranya gimana supaya fasilitas yg ada bisa dimanfaatkan scr efektif buat 1 tujuan: enhancing student learning. Ini juga contoh lain dr 'think globally, act locally' I reckon.
Yesterday at 4:31am
Maria Magdalena Isti Handayani
Maria Magdalena Isti Handayani
@ukik: life skills tdk selalu hrs berhubungan dgn teknologi krn pd dasarnya 21st century skills ada 5: thinking,social,research,communication n self management skills. Lihatlah bgmn guru di laskar pelangi n buku Totto Chan: Gadis di Jendela memberi pembelajaran life skills kpd para siswanya.
@ucup: salut dgn apa yg telah dilakukan sekolahmu. Mereka
sangat open minded utk menerima perubahan. Being open minded is the key change ourselves and the world around us,isn'it? Keep up the good work,sampaikan salamku utk guru2mu yg hebat
Yesterday at 7:00am
Paulus Kuswandono
Paulus Kuswandono
Hallo... hallo... (Sorry Yun telat gabung...)
Betul kata teman-teman di atas, kunci pendidikan sebenarnya di tangan guru dan penyiapan tenaga guru. Kebetulan ini juga yang sedang tak geluti dalam studi. Disamping yang sudah didiskusikan di atas, minus tenaga pendidikan kita sebenarnya bukan pertama-tama di knowledge, tapi terutama pada "THE PASSION OF PROFESSION".
Yesterday at 1:47pm
Christina Intan Chahyani
Christina Intan Chahyani
Ikut, yach....
Pengajaran matematika yang disebut Yuyun itu sebenarnya sudah mulai dipraktikkan di Indonesia kok. Meskipun bukan dalam suatu brand tertentu, tapi pengadaptasian buku2 yang memang mengajarkan basic concept of math. Sebenarnya concept itu sediri adalah akhir dari suatu perjalanan metode endektan math yang konkritdari aktivitas
mengukur dan lain sebagainya. Sebenarnya, loh ya, kalau menurut aku sih...pengajaran math atau bahasa atau yng lainnya harus berdasarkan ada suatu kurikulum yang adaptable dengan kondisi sosiologis real masyarakat Indonesia. Yang saya alami di sekolah adalah bahwa teaching is about 'rescuing' the students dari pola pengajaran yang cenderung pada hafal mati dan penanaman informasi bukannya critical thinking. Jadi kalau kita mau merubah mungkin lebih dari sekedar mengaplikasikan suatu template kurikulum saja tapi lebih pada fiing what needs to be fixed. Kalau soal UAN itu di luar our (teachers') juridiction lo sebenarnya, meskipun itu dalam ranah pendidikan tapi sebetulnya kalau kita terjun benar2 di lapangan....muatan politisnya luar biasa...demikian teman-teman...that's what I think.
9 hours ago
Yuyun Dyah
Yuyun Dyah
@Ndono, studimu ttg guru topiknya apa? Gek2 podho, kan bisa sharing resources. Mine is about guru dan ICT.
@Intan: seneng juga sebagian sekolah dan guru kita udah berpikir maju dlm pembelajaran, sayang sekolah anak2ku di pinggiran Jogja masih sangat menerapkan didaktik teaching :(
3 hours ago
Caecilia Tutyandari
Caecilia Tutyandari
@isti: tawaranmu untuk visit memang sangat menarik dan itu menjadi agenda yang sangat dipertimbangkan. moga2 tahun ini bisa terlaksana.
12 minutes ago

Sulficius Hari Susilo
Sulficius Hari Susilo
Ndari, kalau mau mengenal implementasi PYP dan MYP- IB dan WASC acccreditation bisa juga mengunjungi Sekolah Global Jaya di Bintaro atau Tiara Bangsa Cibubur. Untuk IGCSE, coba hubungi Gandhi's Memorial School Kemayoran Jakarta.
10 hours ago
Dm Yupinandari
Dm Yupinandari
saya tertarik dg topik yg diangkat Yuyun dan kbtln Pak Ndono dan Bu Ndar...
1.Sbg user tenaga pendidik dari sadhar,yg saya liat mrk kurang berani membuat inovasi dlm pengajaran,pola2nya msh pola lama. satu lg,setuju dg Subanti,guru2 skrg perlente...mgkn itu jg prlu dipikirkan,krn dr sadhar bnyk yg msh ingah ingih.
2.mslh kurikulum memang tdk bs
dikatakan yg satu lbh baik dr yg lain,depends on the local condition,krn NKRI kan bkn hy Jkt aja. dan Driyarkara kan maunya guru2 mampu mendidik dg baik dan benar apapun kurikulumnya. thanks bisa share dikit
10 hours ago
Caecilia Tutyandari
Caecilia Tutyandari
@all: wah masukan2 ini sangat luar biasa, saya tidak sabar bisa melihat sendiri ke sekolah2 internasional itu. tolong saya diberi list sekolah2 yang bisa dikunjungi. @yupi: saya setuju dengan pendapat kamu, memang untuk sekarang ini tidak mudah bagi kami mendapatkan calon guru yang memang betul2 ingin menjadi guru dan tidak banyak memang dari mereka yang tahan banting. makasih sekali atas masukannya.
49 minutes ago

Maria Magdalena Isti Handayani
Maria Magdalena Isti Handayani
Ndari: krn aku bnyk kenal kepsek sekolah2 national plus n krn kebetualn aku jg ketua perkumpulan PYP coordinator se indonesia, aku bs merekomendasikan sekolah2 mana yg bs dikunjungi. Ini emailku: mm_isti2003@yahoo.com
9 hours ago

Caecilia Tutyandari
Caecilia Tutyandari
@isti: wah makasih ya is. aku bangga punya teman orang penting di sekolah. pasti akan 'kumanfaatkan' hehehehe.btw pyp itu apa ya?
Yesterday at 4:33pm
Yuyun Dyah
Yuyun Dyah
Ndari, kalo gak salah primary years program, ada juga yg myp middle years program, tapi utk lebih jelasnya kita tunggu penjelasan dari Isti ya :)
Yesterday at 5:47pm
Maria Magdalena Isti Handayani
Maria Magdalena Isti Handayani
Ndari: IB (international baccalaureate) punya 3 program: PYP (primary years prog) utk anak 3-12 th, MYP (middle years prog) utk 12-16 n DP (diploma prog) 16-18.IB is a world-wide curr yg sdh tersebar di 127 negara. Jd IB bkn kurikulum 1 ngr.
IB itu curriculum framework. Krn framework maka contentnya sekolah yg hrs mengembangkan disesuaikan dgn
kondisi sklh masing2. IB mission is to develop international mindedness and life long learness. Siswa dididik scr holistic learning (ada 5 aspek yg ditekankan dlm pengajaran: knowledge,concept,skills,attitudes,actions. Mrk jg diajak think globally but act locally.Metode pengajarannya inquiry-based learning dimana siswa dibawa utk mempunyai enduring understanding shg mrk bisa making connections from what they learn in the classroom to the real lives.
Ada penitian yg dilakukan top universities di US/UK mengatakan mahasiswa lulusan IB adlah mahasiswa yg paling siap mengikuti perkuliahan di university dibandingkan lulusan prog lain.
Kalo nanti kita ketemu tak jelasin panjang lebar ya. Kamu jg bs buka www.ibo.org
Yesterday at 8:48pm
Gregorius Subanti
Gregorius Subanti
Tapi aku lihat banyak sekolah "international" yang masih setengah2 - masih campur2 dan kurang strict. Saya juga sering berhubungan dengan sekolah2 semacam SPH, Bintaro Jaya, Binus School, IPEKA - terlalu banyak untuk disebutkan. Kadang mereka terlalu "melayani" students mereka. Satu lagi, result untuk hasil IB dll suka telat jadi tenggang waktu pendaftaran sudah lewat. Utk beberapa sekolah, saya memang salut liat independensi anak2 mereka, tapi banyak pula yang mengecewakan. Mungkin saya salah, tapi mudah2an saya salah...
Yesterday at 11:20pm
Yuyun Dyah
Yuyun Dyah
@Banti, mengecewakan spt apa? Yg aku amati di Jogja, anak2 yg masuk sekolah2 ekslusif spt ini ada yg memandang dirinya ekslusif, 'lebih', drpd anak2 yg bersekolah di sekolah umum. Jadi scr cognitive dan experience learning mereka memang excellent, tapi bagaimana dgn ranah affective-nya ya? Isti bisa menjelaskan?
13 hours ago
Endang Widyawati
Endang Widyawati
@All: Very interesting discussion ... Pendidikan Indonesia? Masih sangaaatttt menyedihkan dan perlu dibenahi di berbagai aspeknya, tapi I BELIEVE THERE ARE STILL HOPES karena kita semua berkecimpung di dalamnya (ehm ... ehm ... ehm ...) dan karena kita adalah orang-orang yang peduli dengan mutu pendidikan, peduli terhadap Anak-anak hasil dari produk pendidikan. Keep on the good work ... :D We need actions now! Wacana tentang pendidikan begitu banyak bermunculan, termasuk tentang pendidikan karakter yang sedang hangat-hangatnya dibicarakan, wah, tapi apa guru-gurunya juga sudah berkarakter? Bagaimana guru yang tidak berkarakter bisa mengajarkan pendidikan karakter? Senangnyaaa ... melihat teman-teman yang bergabung di sini sudah berkarakter - semoga ini bisa ditularkan ke orang lain. I am so proud of us! :D
@ nDono: SETUJUUU ... 'The Passion of the Profession' menjadi mata rantai penting!
11 hours ago
Gregorius Subanti
Gregorius Subanti
@Yuyun: intinya, penerapan sistem Int'l School di Indonesia masih setengah2 - masih dalam taraf "mengajar" kurikulum, tidak holistik. Gamblang aja: sekolah mengejar profit, guru mengejar kelayakan hidup, orangtua merasa berhak karna sudah bayar mahal - apalagi dalam dollars, dan siswa merasa "super" krn di kelas international. Kompaskan pernha nulis "kursi dan bangku" aja dibedakan - berbeda dalam "fisik".
Ibarat bandinging sekolah inpres dan swasta bonafid.
@All: ironisnya - UAN aja masih dalam perdebatan. Harusnya masalah ini yang harus dicarikan solusinya. Belum bisa jalan sudah hendak berlari. Makanya saya dan orang2 di uni tempat saya kerja blg begini:"how can we use UAN result as a point of assessment while in Indonesia, this issue is being questioned by academics, parents and teachers? And even Indonesian universities won't use the result as entry point to thei universities?
8 hours ago